Ketum PDIP sekaligus Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri turut prihatin dengan kondisi Presiden Joko Widodo.Dia menilai badan Jokowi makin kurus.
Menurut Mega, Jokowi mencurahkan tenaga dan pikiran untuk mengurus negara.
Hal itu dikatakannya saat memberikan pengarahan di acara HUT ke-9 UU Desa di kawasan Gelora Bung Karno, Minggu (19/3) kemarin.
Tidak hanya itu, Sejumlah hal disinggung Megawati dalam pidatonya, mulai dari demonstrasi hingga kepemimpinan Presiden Jokowi.
Dalam pidatonya, Megawati mengaku prihatin melihat masih banyak aksi unjuk rasa atau demonstrasi. Termasuk yang dilakukan oleh kepala desa.
Menurutnya, para pemimpin daerah harusnya bisa menemui warga secara langsung. Sehingga warga tidak perlu memaksa dengan melakukan aksi demo.
“Ibu suka mikir, prihatin loh, ngapain hari gini masih demo-demo? kan ini ada, katanya pimpinan?” kata Megawati.
“Suruh baik-baik datang menghadap (masyarakat). Nah ini juga dari DPR, dateng baik-baik. Ngapain kalian (demo)?” lanjut politisi PDI-Perjuangan itu.
Ketum PDIP itu mengatakan, ia bukannya membungkam demokrasi. Hanya saja menurutnya cara menyampaikan pendapat yang benar bukan dengan cara demo apalagi membuat kerusuhan.
Acara yang dihadiri Megawati hari ini juga merupakan salah satu ajang penyampaian pendapat. Para perangkat desa yang hadir menyampaikan 6 poin tuntutan kepada Presiden Jokowi. meskipun dalam acara kali ini Jokowi tidak hadir.
Adapun beberapa poin tuntutan yang disampaikan para massa aksi adalah meminta pemerintah memfokuskan pembangunan desa dengan mengalokasikan 10 persen dari APBN setiap tahunnya. Lalu meminta agar pemerintah menetapkan 15 Januari sebagai hari desa nasional.
Dalam pidatonya, Megawati juga menanggapi tuntutan para perangkat desa. Dia menyebut, boleh saja meminta, tetapi harus melihat sisi keuangan negara.
Dia mengatakan, semua harus sadar bahwa tak semuanya bisa dikabulkan. Salah satu tuntutan aparatur desa hari ini adalah APBN 10 persen untuk UU Desa.
“Presiden kita itu, tadi kan (pada teriak) Pak Jokowi banyak kan. Pak Jokowi surveinya tinggi. Saya cuma ketawa lihat itu, boleh idola namanya itu,” jelas dia.
“Persoalannya kasihanin dong, badannya kan makin kering ya, makin kurus. Karena ini (nunjuk kepalanya) pusing loh ngurus negoro (negara),” kata Megawati.
Ia juga meminta semua pihak termasuk aparat desa menahan diri. Apalagi di situasi sekarang yang serba tak menentu.
Megawati juga menyoroti banyaknya kasus pemimpin daerah yang membeli suara rakyat. Ia tidak menyebut siapa sosok yang dimaksudnya.
“Ya, karena saya tahu, apa yang akan diperbuat, karena diam-diam banyak yang menyayangi saya, loh, mau, loh, jadi mata saya. Jadi jangan kebawa arus,” katanya.
Ia mengatakan saat ini ia memilih untuk diam bukan karena tidak peduli. Namun ia ingin melihat apakah oknum tersebut akan berakhir ditahan KPK atau tidak.
“Kenapa ibu diam? saya kepingin lihat akhiran orang ini apa, nanti paling tidak bisa kena 3 huruf, tau nggak apa itu? lah iya, KPK,” tuturnya.
Untuk itu, ia meminta agar mengikuti arahan dirinya dalam menentukan pemimpin. Menurut Presiden ke-5 RI itu kunci memilih pemimpin adalah memilih yang baik.
“Saya bilang politik sekarang itu seperti orang berdansa, tahun-tahun ini nih politik. Kenapa? aku melu no kono atau melu dua-duane (aku ikut yang sana, atau ikut dua-duanya) pusing akhirnya pingsan dewe,” tuturnya.
“Jadi jangan terbawa arus, pilih orang yang baik, seperti Pak Jokowi itu kan saya pilih, karena saya yakin beliau orang baik, oke saya jadikan, bisa atur pemerintah,” sambungnya.
Megawati kembali memberikan tanggapan terkait tuntutan 10 persen APBN untuk Bangun Desa.
“Kalau kalian hanya bicara mesti dibagi duitnya segini, mesti gini. Kerja dulu, ya dong,” kata Megawati.
Megawati pun meminta ribuan anggota asosiasi desa yang hadir untuk kembali ke daerahnya dan tidak melakukan aksi unjuk rasa lagi. Ia berjanji akan mengagendakan pertemuan untuk mencapai mufakat.
“Ini pulang langsungkan, kapan-kapan ketemu, enggak usah ngamuk-ngamuk, percaya sama Ibu”pungkasnya.