Selasa, September 17, 2024

Jeritan Hati Masyarakat Pekon Lebuay

Tanggamus, Aktiva.News – Jalan di pekon Lebuay kecamatan Airnaningan kabupaten Tanggamus (Lampung) sepanjang 4.850 meter yang menghubungkan lima dusun, Bringin Empat, Limbangan Baru, Kuningan Sari, Balai Rejo, dan Talang Jakarta, Kepayang sudah lama menjadi luka terbuka yang tak kunjung dirawat, Selasa (27/08/24)

Dulu, jalan ini hanya berdebu, namun kini tedi iah menjadi kubangan licin dan berlumpur setiap kali hujan mengguyur. Jalan yang tak pernah tersentuh aspal ini lebih menyerupai lorong penuh jebakan, menghalangi setiap upaya warga untuk memperjuangkan hidup melalui hasil bumi mereka.

“Harapan yang Kian Memudar”
Kepala Pekon Datar Lebuay, Suhartono, mengungkapkan kepedihan hatinya. “Kami sudah berulang kali berjuang, tapi perhatian dari pemerintah seperti tak pernah sampai ke sini. Jalan ini adalah urat nadi ekonomi warga. Saat hujan, jalan menjadi sangat licin, dan banyak petani yang kecelakaan saat mengangkut hasil bumi,” ujar Suhartono mengharapkan perubahan.

Ahmad Toyeb, seorang tokoh masyarakat setempat, juga merasakan getirnya. Baginya, jalan yang layak adalah hak dasar yang harus diperjuangkan.

“Kami sangat butuh perhatian pemerintah. Hasil bumi kami melimpah, tapi apa gunanya jika jalannya seperti ini? Setiap musim hujan, ketakutan akan kerugian dan keselamatan selalu menghantui kami,” kata Ahmad Toyeb dengan suara yang penuh kekecewaan.

“Ironi yang Menyayat”

Apa arti kemerdekaan jika jalan menuju kesejahteraan tertutup oleh lumpur dan lubang? Masyarakat Desa Datar Lebuay seakan hidup dalam sebuah ironi yang menyakitkan, mereka memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun akses untuk memperjuangkannya begitu sulit. Tahun demi tahun berlalu, janji-janji perbaikan jalan hanya menjadi angin lalu yang tak pernah terwujud.

Sementara pemerintah berbicara lantang tentang pembangunan dan kemajuan, di sini, di jalan-jalan kecil yang menghubungkan dusun-dusun ini, harapan masyarakat mulai pudar. Mereka hanya bisa bertanya-tanya, “Sampai kapan jalan ini akan menjadi saksi bisu penderitaan kami?”, sambung Toyeb.

Bagi Ujang Mustohir dan warga Lebuay lainnya, perjuangan untuk mendapatkan perhatian pemerintah bukan sekadar permintaan biasa, tetapi sebuah jeritan dari hati yang lelah namun enggan menyerah. Mereka membutuhkan solusi nyata, bukan sekadar retorika pembangunan yang hanya terdengar di pusat, jauh dari hiruk-pikuk perjuangan hidup di pelosok desa.(Jen)

BERITA TERKAIT

- Advertisement -spot_img

BERITA LAIN